Jakarta,- Dosen Fakultas Psikologi UGM, Sri Kusrohmaniah, mengungkapkan Cognitive Science (ilmu kognitif) memiliki peran besar dalam era Artificial Intelligence (AI). Dengan menggunakan alat EEG dan MRI, AI dapat dikembangkan untuk mengukur kinerja otak.
Ia menjelaskan, dengan kedua alat tersebut bekerja secara efisien dalam memahami cara kerja otak manusia. Sehingga berdampak baik dalam pekerjaan di masa depan, banyak pekerjaan manual dapat diambil alih oleh mesin atau robot.
“Ketika kita memahami bagaimana otak bekerja saat manusia merasa sedih, bahagia. Atau sedang membuat keputusan, kita dapat menciptakan mesin yang bisa mereplikasi proses tersebut,” ujarnya, Selasa (22/10/24).
Meskipun demikian, ia menggaris bawahi bahwa manusia tetap akan dibutuhkan di dunia kerja. Hal ini dikarenakan manusia memiliki kemampuan beradaptasi, berinovasi, dan berpikir kritis yang tidak tergantikan.
Cognitive science membantu pimpinan mengenali penurunan kinerja pada karyawan, dan memberikan treatment yang lebih tepat berdasarkan temuan-temuan neuroscience. Aplikasi Cognitive Science dalam dunia kerja adalah membantu pimpinan dalam memahami proses berpikir karyawan yang kreatif dan produktif.
Dalam konteks pengembangan SDM, Cognitive Science membantu menciptakan tenaga kerja yang lebih tangguh, inovatif, dan mampu menyelesaikan masalah. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang otak manusia, kita bisa mengembangkan SDM yang lebih siap menghadapi tantangan.