By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
DNABeritaDNABeritaDNABerita
  • HOME
  • MEDAN
  • HIBURAN
  • EKONOMI
  • KRIMINAL
  • NASIONAL
  • PENDIDIKAN
  • POLITIK
  • TEKNOLOGI
  • ADVERTORIAL
  • OLAHRAGA
  • Ide Berita
  • Contact Us
Reading: Indonesia Bersama Penjaga Hutan Dunia Satukan Suara Bela Hak Alam dan Manusia
Share
Sign In
Aa
DNABeritaDNABerita
Aa
Search
  • HOME
  • MEDAN
  • HIBURAN
  • EKONOMI
  • KRIMINAL
  • NASIONAL
  • PENDIDIKAN
  • POLITIK
  • TEKNOLOGI
  • ADVERTORIAL
  • OLAHRAGA
  • Ide Berita
  • Contact Us
Have an existing account? Sign In
  • Contact
  • Blog
  • Complaint
  • Advertise
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
NASIONAL

Indonesia Bersama Penjaga Hutan Dunia Satukan Suara Bela Hak Alam dan Manusia

Editor
Editor Published May 30, 2025
Share
SHARE

Brazzaville,- Perwakilan masyarakat adat dan komunitas lokal dari kawasan hutan tropis terbesar dan paling vital di dunia, termasuk 22 orang delegasi dari Indonesia, berkumpul dalam Kongres Global Pertama Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dari daerah Aliran Sungai Hutan (Three Basins Summit) yang digelar pekan ini di Brazzaville, Republik Kongo, pada 26-30 Mei 2025. 

Kongres bersejarah ini diselenggarakan oleh Global Alliance of Territorial Communities (GATC) dan bekerjasama dengan Rights and Resources Initiative (RRI). Acara ini menjadi pertemuan pertama yang menyatukan penjaga hutan dari Amazon, Kongo, Borneo-Mekong-Asia Tenggara, dan Mesoamerika, wilayah yang selama ini dijaga dan dirawat oleh masyarakat adat dan komunitas lokal sebagai benteng terakhir keanekaragaman hayati dan penyeimbang iklim global.

“Kongres global ini adalah tonggak sejarah bagi persatuan masyarakat di kawasan hutan tropis. Kami hadir sebagai koalisi hidup, membawa kearifan leluhur dan desakan untuk membela hak-hak alam dan masyarakat kami. COP30 (Konferensi Iklim PBB yang akan digelar pada November 2025 di Brasil) hanya satu titik dalam perjalanan panjang perjuangan ini,” ujar Juan Carlos Jintiach, Sekretaris Eksekutif GATC.

Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi, juga turut menyampaikan refleksi atas perjuangan panjang komunitas Masyarakat Adat dalam forum Internasional ini. Rukka menyebut GATC telah dibentuk sepuluh tahun lalu. Seiring perjalanan waktu, aliansi ini menyaksikan perempuan adat di Afrika mulai memanen hasil kerja kolektif. Namun, Rukka berharap komunitas masyaraat adat jangan terlalu banyak dibebani administrasi. “Jika itu terjadi, maka kita justru sedang melemahkan para penjaga bumi itu sendiri,” ungkapnya.

Kongres diawali dengan perayaan gerakan perempuan GATC melalui workshop interaktif yang menyoroti pentingnya akses langsung perempuan adat dan komunitas lokal terhadap pendanaan iklim. Menteri Ekonomi Kehutanan Republik Kongo, Rosalie Matondo, membuka kegiatan ini pada Selasa lalu (27/5/2025) dan menekankan pentingnya sinergi antara perlindungan lingkungan, pertumbuhan ekonomi, dan partisipasi aktif masyarakat adat dan komunitas lokal dalam pembangunan global.

“Saya sangat menghargai kepemimpinan perempuan adat dan komunitas lokal yang merawat komunitas, wilayah, dan keluarga kita demi keberlanjutan bumi lintas generasi,” ujar Menteri Matondo.

Mengapa Kongres Ini Penting?

Di tengah krisis iklim dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati, wilayah yang dikelola oleh masyarakat adat terbukti memiliki tingkat deforestasi yang jauh lebih rendah. Namun, pengakuan global terhadap peran penting mereka belum sepenuhnya diiringi oleh perlindungan hukum dan pendanaan langsung yang memadai. Kongres ini hadir sebagai wadah untuk menyuarakan strategi bersama yang dipimpin masyarakat adat agar hak, pengetahuan, dan sistem kehidupan mereka menjadi pusat dari tata kelola lingkungan global.

“Ini bukan semata soal pendanaan atau keadilan iklim. Sudah saatnya proses-proses kebijakan dibuat lebih manusiawi. Wilayah, budaya, dan suara kami telah sejak lama memperingatkan dunia tentang titik-titik krisis yang tidak bisa dipulihkan. Kini dunia harus mendengar, dan komunitas dari seluruh kawasan hutan harus terus memimpin dengan harapan dan tekad untuk masa depan,” ujar Joseph Itongwa, Koordinator REPALEAC (The Network of Indigenous and Local Communities for the Sustainable Management of Forest Ecosystems in Central Africa), anggota GATC.

Kongres ini juga melanjutkan semangat dari forum perempuan adat pertama di Afrika Tengah dan Cekungan Kongo yang digelar di Brazzaville pada 2023. Dalam forum tersebut, REPALEAC, GATC, RRI, dan Central African Forests Commission (COMIFAC) merumuskan roadmap untuk memperkuat peran perempuan adat dalam ketahanan iklim dan pelestarian hutan.

Sebagai bagian dari workshop pra-Kongres, CLARIFI (mekanisme pendanaan RRI untuk proyek masyarakat adat dan komunitas) mengumumkan dukungan sebesar US$270.000 untuk sejumlah inisiatif perempuan adat di delapan negara Afrika. 

“Dana ini akan mendukung pelatihan dan penguatan teknis perempuan adat dalam regenerasi tanah, pengembangan ekonomi lokal, restorasi keanekaragaman hayati, dan advokasi hak wilayah,” ungkap Deborah Sanchez, perempuan Moskitia dari Honduras dan Direktur CLARIFI.

Membangun Koalisi Global untuk Keadilan Hutan

“Membela Bumi berdasarkan pengetahuan leluhur kami adalah bentuk perlawanan. Kongres ini membuka jalan untuk memperkuat suara dan peran perempuan adat dalam tata kelola wilayah yang adil,” ujar Sara Omi Casama, pengacara Emberá dari Panama dan perwakilan gerakan perempuan GATC.

“Para pemimpin politik mulai mengakui bahwa pengetahuan kami memiliki dasar ilmiah. Perubahan iklim tidak bisa disederhanakan, semua saling terkait. Pertemuan ini menjadi langkah penting untuk memperlihatkan aksi nyata dari wilayah kami dan membangun aliansi yang menempatkan kehidupan dan keseimbangan planet sebagai prioritas,” kata Levi Sucre Romero, warga masyarakat adat Bribri dari Kosta Rika dan Direktur Aliansi Masyarakat Hutan Mesoamerika (AMPB).

Selama lima hari, kongres akan menghadirkan diskusi tingkat tinggi tentang situasi kawasan hutan, sesi khusus perempuan dan pemuda, serta kelompok kerja tematik tentang ancaman, hak, penghidupan, dan pendanaan. Di akhir, peserta akan menyepakati Deklarasi Kongres dan Rencana Aksi. Upacara penutupan akan melibatkan kepala negara, donor, dan mitra global

You Might Also Like

Ini Dia Data Jumlah Korban Banjir & Longsor di Sumut Serta Penangananya

FOZ Sumut Gerakkan Ratusan Relawan untuk Respon Cepat Banjir di Sumatera Utara

KODAERAL I MUSNAHKAN 41,7 KG KETAMINE, TEGASKAN KOMITMEN TNI AL AMANKAN LAUT INDONESIA

KOMUNITAS RELAWAN TEBING TINGGI PEDULI BENCANA MENYALURKAN BANTUAN

BMKG Ingatkan Warga Sumut Tetap Waspadai Potensi Hujan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.

By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Editor May 30, 2025 May 30, 2025
Share This Article
Facebook Twitter Copy Link Print
Share
Previous Article Salah Nyaris Gabung Klub Saudi
Next Article Presiden Prabowo Keluarkan Enam Jurus Antisipasi Lemahnya Ekonomi
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest News

Hadirkan Solusi Atasi Masalah Sampah, AMPHIBI Aksi Tukar Sampah Plastik Dengan Produk Makanan dan Minuman di DLHK Sumut
Uncategorized
Ini Dia Data Jumlah Korban Banjir & Longsor di Sumut Serta Penangananya
HOME KRIMINAL Medan NASIONAL
Zakiyuddin Harahap Salurkan Bantuan ke Dapur Umum Warga Korban Banjir di Medan Labuhan
Medan
FOZ Sumut Gerakkan Ratusan Relawan untuk Respon Cepat Banjir di Sumatera Utara
NASIONAL
- Advertisement -
December 2025
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
« Nov    
DNABeritaDNABerita
© 2023 DNA BERITA. All Rights Reserved.
  • About
  • Contact
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
Cleantalk Pixel
Welcome Back!

Sign in to your account

Register Lost your password?