Jakarta,-Setelah tekstil, keramik impor asal Tiongkok membanjiri pasar Tanah Air. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menduga Tiongkok mengalihkan produk keramiknya dari pasar utama yang menerapkan kebijakan antidumping.
Pasar ekspor utama Tiongkok yang selama ini ditujukan untuk negara Uni Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat dan Amerika Utara telah dialihkan ke Indonesia pasca negara-negara tersebut menerapkan antidumping terhadap produk dari Tiongkok.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Media Wahyudi menyebut gempuran produk Tiongkok ke indonesia adalah akibat tidak jelasnya kebijakan pemerintah. Terutama terkait kebijakan dalam melindungi industri dalam negeri.
Seharusnya, kata dia, pemerintah dapat memberikan proteksi melalui regulasi dan penegakan hukum. Sayangnya, ujar Media, regulasi yang ada dibuat setelah dampaknya sudah terlanjur terjadi, seperti bangkrutnya industri dalam negeri.
“Contohnya saja industri tekstil, baru ada kebijakan untuk membantu dari kebangkrutan. Kebijakannya hanya kebijakan menyembuhkan sementara, bukan bersifat jangka panjang,” katanya, Jumat (28/6/2024).
“Harusnya di depan sudah ada kebijakan yang memproteksi industri dalam negeri dari gempuran produk impor, seperti dari Tiongkok. Indonesia bisa mencontoh Malaysia dan India yang bisa memproteksi industri dalam negerinya dari gempuran produk Tiongkok.”
Pertanyaannya, sebut dia, kenapa Indonesia tidak bisa? Media menduga, regulasi yang ada tidak berjalan efektif akibat kuatnya lobi para pebisnis Tiongkok.
Asosiasi pengusaha Tiongkok, ujar Media, mungkin saja melobi para pengambil kebijakan dan politisi tanah air. Sehingga, katanya, meskipun kebijakannya bagus, tapi tidak dapat berjalan efektif karena ada pihak tertentu yang mengambil keuntungan.
“Bisa juga, ada tekanan dari Tiongkok sehubungan dengan hubungan dagang dan lainnya antara pemerintah Indonesia dengan Tiongkok. Berikutnya soal penegakan hukum yang tidak jelas,” ujarnya.
“Padahal aparat penegak hukum sudah tahu juga bahwa banyak produk Tiongkok yang masuk secara ilegal.”
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan banjirnya keramik China sangat merugikan. Sebab, tingkat utilisasi produksi keramik Indonesia menurun. Selain itu, neraca perdagangan keramik pada Januari-Mei 2024 menjadi defisit US$1,3 miliar.