Jakarta,- Politisi Partai Golkar sekaligus mantan Ketua Komisi I DPR, Meutya Hafid, resmi ditunjuk sebagai Menteri Komunikasi dan Digital di Kabinet Merah Putih. Mantan wartawan televisi swasta itu dipilih Presiden Prabowo Subianto untuk memimpin kementerian yang sebelumnya dikenal dengan Kemkominfo.
Meutya dinilai sosok yang tepat untuk mewujudkan pembaruan di bidang informasi dan komunikasi. Terutama di era pesatnya perkembangan digital saar ini.
Dipilihnya Meutya di kabinet yang dipimpin Prabowo-Gibran ini pun menandai sejarah perempuan pertama yang menjabat Menteri Komunikasi dan Digital. Kini, pengalaman Meutya akan menjadi tumpuan pemerintah dalam menghadapi era yang serba digital.
Tugas besar sebagai Menteri Komunikasi dan Digital kini menantinya. Meutya dituntut membenahi berbagai persoalan, di antaranya permasalahan kebocoran data, hingga perlindungan data pribadi.
Dirangkum dari berbagai sumber, pemilik nama lengkap Meutya Viada Hafid itu lahir pada 3 Mei 1978. Ia adalah salah satu tokoh perempuan Indonesia yang mengawali kariernya di bidang jurnalistik, sebelum kemudian terjun ke dunia politik.
Meutya yang lahir di Bandung, Jawa Barat, merupakan putri dari Anwar Hafid dan Metty Hafid. Meskipun lahir di Kota Kembang, Meutya menghabiskan masa kecilnya di luar Bandung.
Keluarganya pindah ke Jakarta pada tahun 1980-an, tempat Meutya memulai pendidikan dasarnya. Ia tercatat menyelesaikan sekolah di SD Menteng 02 dan SMPN 1 Jakarta.
Selepas itu, Meutya melanjutkan pendidikan di luar negeri dengan bersekolah di Crescent Girls’ School Singapura. Gelar S1 di bidang Manufacturing Engineering ia dapatkan di University of New South Wales (UNSW) Sydney, Australia.
Lalu, ia kembali ke Indonesia menempuh pendidikan bidang Ilmu Politik di Universitas Indonesia (UI) dan mendapatkan gelar S2-nya di sana. Setelah menyelesaikan studinya, Meutya memutuskan bekerja sebagai reporter di stasiun televisi berita, Metro TV.
Dalam fase karirnya sebagai jurnalis, pada 2005, Meutya pernah mengalami penyanderaan saat bertugas meliput pemilu di Irak. Untungnya, ia selamat dari penyanderaan tersebut dan dibebaskan setelah sekitar 168 jam atau tujuh hari dalam penyanderaan.
Pengalaman ini tidak hanya membuat Meutya lebih dikenal publik. Namun, juga memengaruhi pandangannya mengenai banyak hal, termasuk politik dan kebijakan luar negeri.
Dalam perjalanannya, Meutya kemudian memutuskan terjun ke dunia politik dengan bergabung ke Partai Golkar pada 2009. Pada tahun itu juga, ia melenggang ke DPR RI dari daerah pemilihan Sumatra Utara I.
Keberhasilannya di dunia politik terus berlanjut. Ia kembali terpilih sebagai wakil rakyat pada beberapa periode berikutnya.
Di DPR, Meutya dikenal dengan kontribusinya di bidang komunikasi, pertahanan, dan luar negeri. Terakhir, Meutya sempat memegang jabatan prestisius sebagai Ketua Komisi I DPR RI.
Sebagai politisi perempuan, Meutya juga berperan penting dalam mendorong keterwakilan perempuan di parlemen. Khususnya, dalam memperjuangkan isu-isu gender.
Pemilik akun media sosial (Instagram dan X) @meutya_hafid ini menjadi salah satu suara terdepan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak. Serta, mendorong peran lebih besar bagi perempuan di berbagai sektor, termasuk politik.