Jakarta, -Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaya mengungkapkan, pertumbuhan kunjungan ke pusat belanja hanya single digit. Menurutnya, rendahnya pertumbuhan ini merupakan dampak utama dari daya beli masyarakat yang belum pulih.
“Ini pertumbuhan terendah sejak pandemi COVID-19, bahkan lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya,” kata Alphonzus.
Ia menekankan bahwa perubahan pola konsumsi menjadi indikator kuat menurunnya kualitas daya beli masyarakat. Menurutnya, masyarakat kini hanya membeli produk dengan harga murah karena keterbatasan pengeluaran.
“Yang diburu masyarakat adalah produk dengan unit price rendah, bukan karena suka, tapi karena terpaksa,” ujarnya.
Lebih lanjut, Alphonzus menyatakan bahwa hampir semua kategori tenant di pusat belanja terdampak penurunan konsumsi. Ia berpendapat bahwa pemerintah juga harus ikut bertanggung jawab karena kondisi daya beli belum tertangani.
“Kalau kondisi ini dibiarkan, maka sektor retail makin tertekan dan berpengaruh ke ekonomi nasional,” ucap Alphonzus.
Ia juga mengungkapkan bahwa Ramadan dan Idulfitri adalah momentum penting sektor ritel setiap tahunnya. Jika momentum tersebut gagal dimaksimalkan, maka kinerja tahunan sektor retail akan terpengaruh besar.
Alphonzus juga mengingatkan ancaman low season pasca-Idulfitri yang diprediksi akan berlangsung cukup panjang. Ia berharap pemerintah segera memberikan stimulus agar low season ini tidak semakin dalam dan berbahaya.