Jakarta,- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,48 persen pada Februari 2025. Diskon tarif listrik selama disebut sebagai penyumbang utama deflasi selama dua bulan berturut-turut.
Demikian disampaikan Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, Senin (3/3/2025) di Jakarta. “Terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 105,48 dari 105,99 pada Januari 2025,” ujarnya.
Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik dan bakar rumah tangga mencatat deflasi per bulan (month-to-month) sebesar 3,59 persen. Kelompok ini juga memiliki andil terbesar pada deflasi Februari 2025 per bulan sebesar 0,52 persen.
“Ini disebabkan kebijakan diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah pada Januari dan Februari 2025,” kata Amalia. Kelompok pengeluaran lain yang memberi andil pada deflasi per Februari 2025 adalah makanan dan minuman sebesar 0,12 persen.
Beberapa komoditas pangan penyumbang deflasi di antaranya daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan telur ayam ras. Sedangkan komoditas bawang merah dan tomat sudah mengalami deflasi sejak Januari 2025.
Sementara itu, secara tahunan sejumlah komoditas masih mengalami inflasi pada Februari 2025. Di antaranya tarif air minum (PDAM) dengan inflasi sebesar 9,42 persen dan andil 0,14 persen.
“Ini karena penyesuaian tarif PDAM di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta,” ujar Amalia. Demikian pula kenaikan harga emas perhiasan yang menyebabkan inflasi 41,49 persen per tahun dengan andil 0,42 persen.
Pada Februari 2025 tercatat 33 provinsi mengalami deflasi dan lima lainnya mengalami inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat sebesar 1,41 persen dan inflasi tertinggi di Papua Pegunungan sebesar 2,78 persen.
BPS juga mencatat deflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) per Februari 2025 sebesar 0,09 persen. Sedangkan deflasi per tahun kalender (Januari-Februari 2025) mencapai 1,24 persen.