Jakarta,- Program makan bergizi gratis di sekolah bertujuan untuk mengurangi kebiasaan anak-anak membeli jajanan tidak sehat. Menurut Ketua Bidang Advokasi Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas), Yuli Supriati, sekitar 50 persen anak sekolah sering jajan di luar.
Kebiasaan ini sering disebabkan oleh kurangnya bekal dari rumah dan orang tua yang sibuk. Orang tua sering memberi uang saku karena tidak sempat menyiapkan bekal.
Program ini diharapkan dapat mengurangi perilaku anak untuk jajan di luar sekolah. “Namun, meskipun sudah ada makan siang bergizi, kebiasaan jajan anak sulit diubah sepenuhnya,” kata Yuli Supriati, Kamis (24/10/2024).
Tantangan lain dalam program ini adalah penyesuaian menu makanan dengan selera anak-anak dari berbagai daerah. Hal ini dikarenakan, karakteristik daerah berbeda-beda, salah satunya makanan di daerah pesisir dan Jawa.
Selain itu, beberapa evaluasi dari uji coba menunjukkan bahwa porsi makan belum ideal sesuai kaidah “Isi Piringku”. “Kadang lauk terlalu sedikit, nasi terlalu banyak, dan buah tidak disajikan dengan baik,” ujarnya.
Meski program ini penting, menurutnya akses anak untuk jajan harus benar-benar diputus dengan membatasi uang saku. Makanan bergizi dan camilan sehat diharapkan bisa menggantikan jajanan yang mengandung zat berbahaya.
Pengawasan sekolah juga diperlukan untuk memastikan program ini berjalan dengan efektif dan konsisten setiap hari. Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan pemerintah penting untuk mencapai perubahan kebiasaan makan yang sehat.