Jakarta,- Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mengatakan masalah pupuk sangat penting. Jika pupuk, katanya, sampai terlambat ke petani bisa menyebabkan masalah.
Para petani menanggapi apa yang disampaikan Wamentan. Petani berharap syarat memperoleh pupuk bersubsidi tidak rumit.
Kerumitan syarat mendapatkan pupuk tersebut disampaikan oleh Ketua Gabungan Kelompok Tani Sumilir, Purbalingga, Jawa Tengah, Sugiono. Menurutnya, mekanisme penebusan pupuk bersubsidi menggunakan aplikasi Integrasi Pupuk Bersubsidi (I-Pubers) dan menunjukkan KTP asli dianggap ribet oleh petani.
“Petani kita sudah banyak yang sepuh, apalagi kalau rumahnya jauh dari Kelompok Petani Lokal (KPL) untuk menebus pupuk tersebut. Otomatis harus ada yang mewakili beliau dan itu harus ada surat kuasa bermaterai Rp.10.000 yang dianggap ribet oleh petani,” katanya, Jumat (19/7/2024).
Sebenarnya, kata Sugiono, para petani menginginkan membeli pupuk subsidi tidak ribet. Menurutnya, siapkan saja pupuk tersebut di KPL dan petani bisa beli kapan saja sesuai kebuhan.
Dia menambahkan jika tujuan I-Pubers mengantisipasi terjadinya penyimpangan distribusi pupuk bersubsidi, kurang tepat. Pasalnya, kata dia, pengelola KPL sudah tahu siapa saja petaninya, siapa saja yang punya lahan, dan sebesar apa kebutuhannya.
“Jika yang beli pupuk subsidi ternyata bukan orang yang mereka kenal, membeli melebihi kebutuhan yang wajar, tentu KPL akan curiga. Mereka tidak akan memberikannya dan pasti menindaklanjutinya,” tambah Sugiono.
“Jadi kami para petani dan KPL sudah sama-sama tahu. Dari situ saja kontrolnya, jadi tidak perlu seribet sekarang untuk menebus pupuk susbsidi.”
Terkait dengan stok pupuk di KPL, dia mengatakan, tidak ada masalah. Saat ini, katanya, jika petani ingin menebus pupuk subsidi sesuai jatah barangnya ada.
Wamentan Sudaryono mengatakan sebagai anak petani, ia tahu betul kesusahan yang dialami petani, terutama terkait pupuk. Ia mengatakan ketersediaan pupuk sangat penting demi menyokong kedaulatan pangan.
“Pupuk telat tiga hari seminggu itu bedanya seperti langit dan bumi. Jadi saya merasakan sekali bibit tidak ada, pupuk tidak cukup, pupuk datang tidak tepat waktu, seperti hidup dan mati,” katanya dalam Serah Terima Jabatan (Sertijb) Wakil Menteri Pertanian di kantor Kementerian Pertanian, Jumat (19/7).