Jakarta,-Indonesia menempati posisi keempat di Asia dalam hal tingginya angka gangguan pendengaran. Berdasarkan data Riskesdas 2018, sekitar 6,1 persen penduduk Indonesia atau sekitar 15 juta orang mengalami masalah pendengaran.
WHO juga mencatat tingginya prevalensi gangguan ini di Indonesia. Penyebabnya datang dari infeksi telinga, paparan kebisingan, dan terbatasnya akses layanan kesehatan pendengaran yang menyeluruh.
Gangguan pendengaran di Indonesia masih menjadi masalah yang kurang tertangani, terutama karena deteksi dini yang rendah. Kementerian Kesehatan telah mengupayakan peningkatan akses layanan kesehatan pendengaran.
Kemenkes juga berencana melakukan program skrining pendengaran bagi kelompok berisiko, guna mencegah ketulian sejak dini. Hal tersebut terungkap dalam kegiatan Talkshow bertema “Layanan HEarS”, Selasa (12/11/2024).
Kegiatan ini melibatkan tim KSM THT RS Premier Jatinegara yang dimoderatori dr. Iman Pradana. Menanggapi hal ini, RS Premier Jatinegara meluncurkan pusat layanan Hearing and Ear Surgery (HEarS) Centre.
Peluncuran ini sekaligus memperingati Hari Kesehatan Nasional yang jatuh pada 12 November. Layanan ini akan difokuskan pada layanan kesehatan telinga dan pendengaran.
“Kehadiran HEarS Centre memungkinkan pasien menjalani rangkaian layanan dari skrining, diagnosis, intervensi, hingga rehabilitasi di satu lokasi yang mudah diakses. Kami berharap langkah ini mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gangguan pendengaran dari berbagai usia,” ujar Direktur RS Premier Jatinegara dr. Susan Ananda dalam keterangannya, Selasa.
RS Premier Jatinegara juga menyatakan bahwa HEarS Centre akan dilengkapi dengan teknologi terkini dalam diagnostik dan terapi pendengaran. Selain itu, pusat ini akan melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan asuransi dan penyedia alat bantu dengar.