Jakarta,- Kebiasaan masyarakat yang tidak menghabiskan makanan disebut dapat memberi dampak buruk terhadap lingkungan. Sisa makanan yang dibuang, dapat menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Menumpuknya sampah makanan yang masuk kategori sampah organik, dapat mengeluarkan gas metana. Gas ini akan menyebabkan efek rumah kaca,” kata Manajer Kampanye Polusi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Abdul Ghofar, Rabu (4/9/2024).
Sampah organik, sebut Ghofar, jumlahnya mencapai 50 sampai 60 persen dari keseluruhan sampah yang dibuang ke TPA. Sampah kategori sisa makanan, jumlahnya mencapai 40 persen dari sampah organik tersebut.
Disebutkan, menumpuknya sampah makanan juga menyebabkan TPA mengalami kelebihan kapasitas. Akibatnya, tumpukan sampah ini dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan di sekitarnya.
“Saat musim kemarau, TPA rawan terbakar karena tumpukan gas metana. Sementara saat musim hujan, menyebabkan pencemaran air dan tanah, yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat,” ucapnya.
Ghofar mengajak masyarakat menyadari dampak buruk dari kebiasaan membuang makanan ini. Hal ini karena isu terkait sampah makanan merupakan isu prioritas yang menjadi penyebab perubahan iklim.
“Isu perubahan iklim, tidak hanya soal deforestrasi dan penggunaan energi fosil saja. Karena ternyata sampah menjadi penyumbang emisi terbesar ketiga,” ujarnya.