Sibolga,-Di tengah bencana dan kabar anggota keluarga yang tak kunjung datang, seorang pria asal Berastagi, Rusman Pardamean Pandiangan, melakukan perjalanan yang tak banyak orang sanggup membayangkannya apalagi melakukannya.
Dengan penuh tekad, Rusman nekat berjalan kaki lebih dari 117 kilometer dari KM 32 Tapanuli Utara menuju Sibolga.
Rusman hendak mencari kedua orangtuanya di Sibolga yang hilang kontak sejak banjir bandang dan longsor melanda Sumatra Utara.Dengan kaki telanjang, Rusman menyusuri jalanan penuh lumpur, batu, dan material longsor.
Di pundaknya, di penuhi berbagai bungkusan dan barang berisi bahan makanan. Itu semua bukan sekadar logistik, melainkan bentuk cinta yang ia bawa untuk orang tuanya nanti di Sibolga.
Dengan kaki telanjang, Rusman menyusuri jalanan penuh lumpur, batu, dan material longsor, sementara di pundaknya, memikul karung berisi bahan makanan yang bukan sekadar logistik, melainkan bentuk cinta yang ia bawa untuk orang tuanya, meski ia tak tahu apakah mereka masih selamat atau tidak.
Meski Rusman sendiri tak tahu apakah mereka masih selamat atau tidak. “Belum ada kabar. Tapi saya tetap jalan. Ini mengirim untuk keluarga,” katanya lirih saat ditanya Kompas TV.
Rusman mengatakan ada beberapa kerabat yang sempat menemaninya. Namun akhirnya mereka menyerah karena jarak dan medan yang terlalu berat.
Karenanya Rusman memilih melanjutkan perjalanannya sendiri. Dengan wajah letih namun terpancar jelas tekad yang tak goyah. “Kerabat tadi tunggu dan tinggal di posko,” kata Rusman.
Sejak bencana melumpuhkan akses dan jaringan komunikasi, Rusman mengaku tak pernah lagi mendengar suara orangtuanya di Sibolga. Berkali-kali ia mencoba menghubunginya, berkali-kali pula semuanya gagal.
Ketidakpastian itu membuat Rusman tak mampu tinggal berdiam diri. Rusman memutuskan menjangkau lokasi di mana orang tuanya tinggal yang berada di pusat lokasi bencana di Sibolga.
“Di sana, orang tua, keluarga, keponakan, semua di Sibolga. Sampai kini tidak ada kabar sama sekali,” ujar Rusman sambil berjalan agak tertatih.
Namun jelas tekad kuat menopang langkahnya mantap, menerobos jalan berlumpur. Baginya, jalan berlumpur tidak seberapa dibanding kecemasan seorang anak yang tidak tahu keadaan keluarganya.
“Semoga bisa segera bertemu…” kata Rusman, sebelum kembali melanjutkan langkahnya melewati jalur hancur yang belum sepenuhnya bisa ditembus kendaraan.(kompastv)

