Jakarta,- Pakar Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, menilai Indonesia bisa terkena dampak peghentian sementara bantuan obat-obatan dari Amerika Serikat (AS). Maka dari itu, dirinya mengatakan pemerintah harus segera mengantisipasi kebijakan Presiden AS Donald Trump tersebut.
“Yang penting antisipasinya selama 90 hari ke depan (masa penghentian sementara bantuan). Pemerintah bisa mencari sumber-sumber bantuan dari berbagai negara lain,” kata Tjandra yang merupakan Pakar Kesehatan Universitas Indonesia (UI), Kamis (30/1/2025).
Dirinya tidak mengetahui seberapa besar dampak penghentian bantuan ini kepada Indonesia. Namun Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu menduga dampaknya cukup besar.
“Akan ada dampaknya, cuma seberapa besar saya tidak tahu persis. Pemerintah Indonesia harus menghitung berapa besar kontribusi AS dibanding sumber-sumber lain, sehingga harus segera diantisipasi,” katanya.
Kebijakan AS ini, sebut Tjandra, seharusnya dijadikan momentum bagi pemerintah untuk memperkuat komitmen di bidang kesehatan. “Saya berpikirnya kesehatan itu aset utama kehidupan,” ujarnya.
“Pemerintah perlu memperkuat komitmen politik, kebijakan, dan anggaran. Masak sih untuk kesehatan bangsa sendiri harus tergantung dari negara lain,” kata Tjandra, menambahkan.
Menurutnya, pemerintah juga harus dapat menjamin masyarakat tidak terputus dalam memperoleh pengobatan. “Harus ada jaminan pasien tidak boleh terputus obatnya,” ucap Tjandra.
Diketahui, Presiden AS Donald Trump akan menghentikan sementara bantuan medis dan obat-obatan HIV, Tuberkulosis (Tb), dan Malaria. Bantuan dihentikan sementara ke negara-negara yang berpenghasilan rendah, termasuk Indonesia.
Penghentian bantuan ini dilakukan selama 90 hari ke depan, sejak Trump mengeluarkan kebijakan tersebut. Langkah ini diambil Trump terkait pembekuan bantuan dan pendanaan AS mulai 20 Januari 2025.