Jenewa,- Setiap kenaikan suhu harian minimum sebesar 1°C di atas 23,9°C meningkatkan risiko kematian bayi sebesar 22,4 persen. Fakta yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini menyoroti dampak serius perubahan iklim terhadap kelompok rentan, khususnya bayi.
Tidak hanya itu, wanita hamil, anak-anak, remaja, dan lansia menghadapi komplikasi kesehatan signifikan akibat perubahan iklim. Namun, sebagian besar respons global mengabaikan kebutuhan spesifik kelompok-kelompok ini dalam perubahan iklim.
Fakta-fakta muncul dalam kumpulan makalah terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Global Health. Artikel-artikel tersebut menyajikan bukti ilmiah mengenai dampak kesehatan dari berbagai bahaya iklim.
Gelombang panas, polusi udara, dan bencana alam menjadi bagian dari bahaya tersebut, seperti dilansir dari WHO, Kamis (5/6/2024). Penelitian ini menunjukkan risiko kesehatan terkait perubahan iklim bagi kelompok rentan sering kali diremehkan.
Pada kenyataannya, dampak perubahan iklim tersebut sangat serius dan mengancam jiwa. WHO mencontohkan cuaca panas ekstrem terbukti meningkatkan kelahiran prematur selama gelombang panas, dan menjadi penyebab utama kematian anak.
Selain itu, lansia lebih rentan dalam kondisi panas ekstrem. Mereka dapat mengalami serangan jantung atau gangguan pernapasan.
“Studi-studi ini menunjukkan dengan jelas bahwa perubahan iklim bukanlah ancaman kesehatan jangka panjang, melainkan populasi tertentu sudah menanggung akibatnya,” kata Dr. Anshu Banerjee, Direktur Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Anak dan Remaja, serta Penuaan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Meskipun kesadaran akan perubahan iklim telah meningkat, tindakan untuk melindungi kehidupan mereka yang paling berisiko masih belum memenuhi kebutuhan. Agar keadilan iklim dapat dicapai, hal ini harus segera diperbaiki,” katanya.
matadorbet porn
Very informative and funny! For further reading, check out: DISCOVER HERE. What’s your take?