Surabaya,-Dengan suhu harian yang kerap menembus 34–36°C di musim kemarau dan sensasi panas yang lebih menyengat akibat kelembaban tinggi, Surabaya menjadi salah satu kota yang paling rentan terhadap dampak panas ekstrem. Minimnya fasilitas publik dengan fitur mitigasi panas turut memperkuat urgensi kehadiran ruang komunal yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim di Surabaya.
Menanggapi tantangan tersebut, PT Daikin Airconditioning Indonesia (DAIKIN) bersama dengan Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Kyoto University Jepang, dan Operations for Habitat Studies (OHS) menghadirkan konsep ruang publik berbasis pendekatan Jepang melalui renovasi Balai Warga RW 04 Kampung Ketandan Surabaya. Inisiatif ini dirancang sebagai contoh ruang publik yang mampu meningkatkan ketahanan warga dalam menghadapi cuaca panas ekstrem.
Direktur PT Daikin Airconditioning Indonesia dan PT Daikin Industries Indonesia Budi Mulia menjelaskan bahwa melalui renovasi Balai Warga RW 04 Ketandan ini, DAIKIN berupaya mengembangkan teknik pendinginan yang lebih sesuai dengan karakter bangunan dan pola penggunaan AC di Asia Tenggara. “Inisiatif ini kami wujudkan melalui balai warga yang dirancang sebagai ruang aman menghadapi panas ekstrem sekaligus contoh nyata bagaimana desain publik dapat membantu masyarakat beradaptasi terhadap perubahan iklim,” ujar Budi.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, yang hadir bersama Konsul Jenderal Jepang Takonai Susumu dalam peresmian ini, menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi lintas lembaga tersebut. Menurutnya, inisiatif ini tidak hanya relevan untuk menjawab tantangan iklim di Surabaya, tetapi juga membuka ruang baru bagi warga Ketandan untuk berkegiatan, mulai dari seni hingga pengembangan produk UMKM lokal.
Emil juga menyoroti salah satu fitur baru hasil renovasi, yakni sistem prabayar penggunaan AC melalui aplikasi khusus. Melalui aplikasi ini, warga dapat memilih durasi pemakaian AC dan melakukan pembayaran secara mandiri, di mana dana yang terkumpul akan masuk pada kas RW untuk menutup biaya listrik dan perawatan rutin. “Model ini bukan sekadar inovasi teknis, tetapi mencerminkan semangat gotong-royong. Warga bisa menikmati kenyamanan ruangan sekaligus turut menjaga keberlanjutan operasional balai warga,” ujarnya.
Renovasi dilakukan dengan menggabungkan teknologi pendinginan pasif dan aktif. Pendinginan pasif diterapkan melalui penempatan ventilasi dan peninggian atap untuk mengalirkan udara sejuk sekaligus mendorong udara panas ke bagian atas bangunan, yang kemudian diperkuat dengan exhaust untuk membantu pembuangan udara panas. “Sirkulasi udara yang lebih baik ini bertujuan menjaga kenyamanan ruang meski tanpa bantuan teknologi pendinginan,” tambah Budi.
Sementara itu, pendinginan aktif diwujudkan melalui pemasangan AC DAIKIN pada dua ruang balai warga, yang masing-masing mampu menampung empat hingga delapan orang. Kedua ruangan ini juga dapat digabungkan untuk kegiatan yang membutuhkan area lebih luas. DAIKIN merancang ruangan tersebut sebagai bagian dari riset penggunaan energi, dengan perbandingan langsung antara AC inverter dan non-inverter melalui pengoperasian bergantian dalam periode tertentu.
Sejalan dengan semangat DAIKIN dalam menghadirkan solusi tata udara yang berkelanjutan bagi masyarakat, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak berharap Balai Warga RW 04 Ketandan dapat menjadi percontohan bagi pengembangan ruang publik yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. “Kami berharap balai warga ini dapat menjadi inspirasi bagi lebih banyak komunitas di daerah lain,” ujar Emil.

