‘Clandestine Laboratorium’ Penyebab Maraknya Narkoba

 Jakarta,-Kasubdit 3 Ditipidnarkoba Bareskrim Polri, Kombes Suhermanto mengungkapkan maraknya peredaran narkotika karena fenomena ‘clandestine laboratorium’. Dimana dibangun oleh para bandar narkotika. 

Fenomena ‘clandestine laboratorium’ ini terjadi dalam dua tahun terakhir yaitu di 2023 dan 2024 ini. “Keberadaan ‘clandestine laboratorium’ ini tidak hanya di Jakarta tetapi juga di beberapa daerah,” kata Suhermanto. 

Hal itu dikatakan Suhermanto, Senin (15/7/2024). Suhermanto menyampaikan sejumlah faktor banyaknya clandestine laboratorium ini. 

Salah satunya  karena bahan-bahan pembuat narkotika belum masuk dalam kategori prekursor farmasi (bahan baku untuk keperluan proses produksi industri farmasi) dalam UU Narkotika.
“Jadi masih gampang masuk dari luar negeri,” ujarnya.

Hal itu, kata dia, ditambah lagi kurang pekanya masyarakat di lingkungannya. Sehingga banyak pabrik-pabrik narkotika di Indonesia yang dibuat oleh para bandar narkotika.

“Di era sekarang bandar narkotika mempelajari bahan-bahan narkotika yang tidak masuk prekursor. Namun, bisa diolah menjadi prekursor,” ucapnya.

Sehingga, menurutnya, para bandar narkotika ini memasukan bahan baku dari luar negeri ke Indonesia tidak menemui masalah. Setelah tiba di Indonesia, bahan baku itu diolah secara kimia menjadi narkotika.

“Contohnya dari beberapa pengungkapan yang saat ini beredar adalah bahan pembuat ekstasi dari Mefedron,” katanya. Ke depan, pihaknya akan selalu berkoordinasi dengan Kementerian/ Lembaga seperti Bea Cukai. 

Untuk mengantisipasi masuknya bahan-bahan pembuat narkotika dari negara lain.
“Kita berkoordinasi dengan Bea Cukai Tiongkok yang kemarin datang ke Indonesia,” ujarnya.

Dalam pertemuan dengan Bea Cukai Tiongkok, pihaknya menyampaikan ada beberapa bahan kimia yang bukan kategori prekursor. Namun, berbahaya ketika masuk ke Indonesia diolah menjadi prekursor.

“Akhirnya dari pemerintah Tiongkok kemarin menindaklanjuti data dan informasi dari kita. Pihak Tiongkok juga telah melakukan pelarangan ekspor bahan baku yang dapat diolah menjadi prekursor,” ucapnya.

Dalam kesempatan ini, Suhermanto menekankan pentingnya penangananan khusus tempat-tempat beredarnya narkotika. Seperti di Kampung Bahari Tanjung Priok, Jakarta Utara.