Tapteng,-Hujan deras yang mengguyur wilayah Tapanuli Tengah selama lima hari berturut-turut memicu bencana banjir bandang dan longsor di sejumlah kecamatan, Selasa (25/11/2025). Derasnya curah hujan membuat air dari perbukitan meluap dan menerjang permukiman warga, sementara tebing-tebing tanah tak mampu lagi menahan tekanan air.
Di Kelurahan Hutanabolon, Kecamatan Tukka, banjir bandang datang tanpa peringatan. Suara gemuruh dari arah hutan berubah menjadi arus besar berwarna coklat pekat yang membawa kayu-kayu besar serta lumpur.
Dalam sebuah video amatir yang beredar di media sosial, seorang warga tampak berdiri di lantai dua rumahnya sambil menyaksikan banjir bandang menghantam permukiman. Kayu-kayu besar menghantam tembok rumah hingga nyaris mencapai tempat ia berdiri. Sementara itu, warga di sekitarnya berteriak panik, berusaha menyelamatkan diri dan membantu satu sama lain.
Dalam hitungan menit, kawasan tersebut berubah menjadi wilayah terdampak parah, dengan rumah-rumah rusak dan akses jalan terputus.
Di Desa Mardame, Kecamatan Sitahuis, bencana lain tak kalah tragis menimpa sebuah keluarga. Hujan deras sepanjang malam membuat tebing di belakang rumah melemah dan longsor saat keluarga itu sedang tertidur.
Kepala Desa Mardame, Master Gultom, yang melakukan pengecekan kondisi warga pada pagi hari, menemukan dinding belakang rumah tersebut jebol dan tertutup material longsor. Curiga terjadi sesuatu, ia bersama warga mendobrak pintu rumah yang terkunci.
Begitu masuk, mereka menemukan empat penghuni rumah seorang ibu dan tiga anaknya sudah tak bernyawa, tertimbun lumpur di dalam kamar. “Ibu dan tiga anaknya ditemukan sudah meninggal dunia,” ujar Master Gultom dengan suara bergetar.
Keempat korban adalah: Dewi Hutabarat (33), ibu rumah tangga, Tio Arta Rouli Lumbantobing (7), Vania Aurora Lumbantobing (4), Ilona Lumbantobing (3), sementara sang suami, Poliman Lumbantobing (37), tengah bekerja sebagai sopir angkutan di luar kota saat musibah terjadi. Proses evakuasi dipimpin oleh Bhabinkamtibmas, Aipda Rindu Hutabarat, bersama warga setempat.
Di Sibuni-buni, Kecamatan Sarudik, banjir juga merendam ratusan rumah. Air mulai naik sejak pukul 05.00 WIB dan terus meninggi hingga mencapai pinggang orang dewasa. Warga berbondong-bondong mengungsi sambil membawa barang seadanya.
Anak-anak digendong keluar dari rumah, sementara orang dewasa berusaha menyelamatkan dokumen dan barang penting menggunakan plastik.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara melaporkan, sedikitnya tujuh kabupaten/kota terdampak banjir bandang dan longsor pada hari yang sama.
Kepala Bidang Peralatan BPBD Sumut, Sri Wahyuni Pancasilawati, mengatakan pihaknya masih melakukan pendataan di lapangan.“Tim masih melakukan evakuasi dan pendalaman. Data lengkap masih kami kumpulkan,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, proses evakuasi dan penanganan darurat masih berlangsung. Warga diimbau tetap waspada mengingat curah hujan diperkirakan masih tinggi dalam beberapa hari ke depan.

