Jakarta,- Nilai tukar rupiah semakin tertekan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) hingga penutupan perdagangan Kamis (21/11/2024). Menurut Bloomberg, rupiah turun 0,38 persen atau 60 poin ke posisi Rp15.930 per dolar AS.
Perkembangan di Negeri Paman Sam masih dominan mempengaruhi gerak mata uang dolar AS yang berimbas pada rupiah. Terutama ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed dan kebijakan Donald Trump dalam memilih anggota kabinetnya, terutama menteri keuangan.
Jajak pendapat Reuters menunjukkan sebagian besar ekonom meyakini The Fed akan menurunkan suku bunganya lagi pada Desember 2024. “Penurunannya diperkirakan lebih dangkal pada 2025 karena risiko inflasi yang tinggi,” kata analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi.
Para pejabat The Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, mengisyaratkan sikap bank sentral yang terukur dalam menurunkan suku bunga. Hasil survei CME FedWatch Tool menunjukkan peluang penurunan suku bunga 25 basis poin pada Desember mendatang tinggal 25 persen.
“Pelaku pasar juga sedang menunggu siapa yang akan ditunjuk Trump sebagai Menteri Keuangan,” ucap Ibrahim. Menurut dia, beberapa kandidat pilihan Presiden Terpilih AS itu memicu pertanyaan terkait pengalaman dan kualifikasinya.
Di dalam negeri, Ibrahim mencermati sikap Bank Indonesia (BI) terkait penurunan suku bunga lebih lanjut. Dinyatakan bahwa ruang penurunan suku bunga ke depan masih ada tetapi lebih terbatas.
Laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional akan menjadi pertimbangan BI dalam menentukan suku bunga kebijakan. “Arah kebijakan BI juga fokus pada upaya memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak ketidakpastian global,” ujarnya.