Jakarta,- Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur, yang sempat terbakar Selasa (15/10/2024) siang, telah berhasil dipadamkan pada Rabu (16/10/2024) dini hari. Hal itu disampaikan Humas Balai TNWK, Sukatmoko.
“Luas area yang terbakar belum dapat dipastikan. Tetapi, jika dilihat dari luas area yang dipadamkan sekitar 300-an hektar,” ujarnya ketika dihubungi, Rabu (16/10/2024).
Area yang terbakar, jelasnya, merupakan area terbuka yang mayoritas semak-belukar dan alang-alang, yang mempercepat api merambat dengan kondisi cuaca panas dan hembusan angin. Sehingga, proses pemadaman sedikit terkendala.
“Ditambah TNWK juga masih kekurangan sarana dan prasarana dalam pemadaman kebakaran. Sehingga pemadaman masih dilakukan dengan manual,” kata Sukatmoko.
Kebakaran sudah sering terjadi di TNWK, terlebih ketika musim kemarau. Hasil evaluasi sejauh ini, selain karena cuaca, dugaan sementara kebakaran akibat ulang tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dari kegiatan-kegiatan ilegal yang ada di dalam TNWK.
“Selama ini TNWK sudah meningkatkan patroli pengawasan, baik di dalam maupun di pinggir kawasan, bersama NGO, TNI, dan Polri,” ujar Sukatmoko.
Dijelaskannya, TNWK luasnya 125.600 hektar yang berbatasan langsung dengan 38 desa di sekitar kawasan. Sehingga, dapat bersentuhan langsung dengan masyarakat sekitar kawasan.
“Faktor ini yang menyulitkan pengawasan antisipasi kegiatan ilegal di dalam kawasan oleh masyarakat sekitar, seperti perburuan satwa liar, pemancingan dan lain-lain,” ucapnya.
TBWK mencatat ada sebanyak tiga kasus kematian gajah Sumatra terjadi sepanjang Januari hingga awal Oktober 2024. Sukatmoko menyebut, dari tiga gajah yang mati, dua di antaranya jinak dan satu gajah liar.
“Sepanjang 2024, ini sejak bulan Januari hingga awal Oktober, TNWK mencatat ada sebanyak tiga gajah yang mati. Dua gajah liar ditemukan di kawasan hutan, dan satu gajah jinak ditemukan mati di penangkaran taman nasional,” katanya.
Ia menjelaskan, populasi gajah Sumatera yang ada di TNWK saat ini tercatat ada sebanyak 266 ekor. “Saat ini, TNWK mencatat populasi gajah liar sekitar 180 hingga 200 ekor, sementara gajah jinak berjumlah 66 ekor,” ucapnya.
Mengenai kasus kematian gajah ini, Sukatmoko mengatakan bahwa pihaknya rutin melakukan surveilans terhadap ternak warga di desa penyangga. Hal ini untuk mencegah penyebaran penyakit menular dari hewan ternak ke gajah liar dan satwa lainnya di kawasan hutan.
“Penularan penyakit tidak hanya terjadi melalui kontak langsung. Namun, juga bisa disebarkan oleh serangga seperti lalat yang terbang dari luar hutan,” ujarnya.
Selain itu, TNWK juga secara rutin memberikan imbauan kepada masyarakat sekitar tentang potensi penularan penyakit dari ternak ke satwa liar. Serta, untuk tidak melakukan kegiatan yang memicu terjadinya kebakaran.