Vatikan,- Para Kardinal menyepakati pemilihan Paus baru akan dimulai pada Rabu (7/5/20205). Pemilihan pemimpin Gereja Katolik tersebut menyusul wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025 lalu.
Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan, Michael Trias kuncahyono mengatakan, kesepakatan tersebut diambil oleh sekitar 180 kardinal dari 252 kardinal. Kemudian, lebih dari 135 dari 90 negara adalah kardinal elektor, yakni kardinal yang memiliki hak pilih dan dipilih.
Michael menjelaskan, sesuai ketentuan Konstitusi Apostolik, hanya kardinal yang berusia 80 tahun ke bawah yang menjadi kardinal elektor. Termasuk, di dalamnya adalah Ignatius Kardinal Suharyo dari Indonesia.
“Kardinal elektor saat ini sudah berada di Roma. Mereka berkumpul untuk Kongegrasi Umum kelima, di Vatikan,” kata Michael Trias kuncahyono dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (28/4/2025).
Michael menambahkan, dari 135 kardinal elektor, sebanyak 110 kardinal di antaranya dipilih oleh Paus Fransiskus selama 12 tahun masa kepausannya. Kemudia, 6 kardinal dipilih oleh Paus Yohanes Paulus II, swrta 24 kardinal yang dipilih oleh Paus Benediktus XVI.
Konstitusi Apostolik menentukan seorang kardinal akan terpilih sebagai Paus bila mendapat dukungan dua pertuga dari jumlah kardinal elektor. Konklaf akan diselenggarakan di Kapel Sistina, Vatikan.
“Setiap hari, dilakukan empat kali pemungutan suara, dua pagi dan dua siang. Mulai hari ini, dunia menunggu dan ingin mengetahui siapa Paus yang akan menggantikan Paus Fransiskus,” kata Michael.
“Konklaf sangat menarik karena sifat kerahasiaannya, tidak pernah ada yang tahu siapa yang akan terpilih sebagai paus. Selain itu, prosesnya sangat rahasia, terputus dengan dunia luar,” ujarnya menambahkan.
Michael mengatakan, sebelum konklaf dimulai, para kardinal elektor berjanji dan diambil sumpahnya. Janji untuk tidak menceritakan, membocorkan tentang apa dan bagaimana yang terjadi selama konklaf.
Pelanggaran terhadap ketentuan itu adalah ekskomunikasi, yakni hukuman atau pengucilan karena dianggap melakukan pelanggaran berat. Adapun lamanya pemilihan, Michael menerangkan sulit untuk dipastikan karena tergantung dukungan dua pertiga jumlah kardinal elektor.
“Lama berlangsungnya konklaf tidak bisa ditentukan, bisa cepat selesai dan juga bisa berlangsung lama. Ini tergantung apakah akan segera ada yang memperoleh dukungan 2/3 jumlah kardinal elektor atau tidak,” kata Michael.
Menurut catatan sejarah, pemilihan Paus terlama terjadi pada tahun 1268 di Viterbo, Italia, yakni berlangsung selama dua tahun. Kala itu, Teobaldo Visconti yang kemudian bergelar Paus Gregorius X terpilih sebagai pengganti Paus Clement IV.
Adapun dalam sejarah modern, Konklaf terpanjang adalah yang diadakan pada tahun 1740 yakni 181 hari. Saat itu, Kardinal Prospero Lambertini terpilih dan bergelar Paus Benediktus XIV.
Adapun Konklaf tercepat pada 2005, kurang dari 24 jam. Kardinal Ratzinger dari Jerman terpilih sebagai Paus.
